Selasa, 07 Februari 2012

Moral Remaja


Zaman Semakin Maju, Moral Semakin Mundur
Majunya suatu peradaban ditadai dengan majunya suatu teknologi. Di zaman sekarang, tidak perlu dilakukan lagi. Apalagi dengan datangnya jaringan internet yang bahkan sudah merambah ke desa-desa yang dianggap pelosok sekalipun. Dari manapun kita dapat mengakses yang namanya internet. Di desa dan kecamatan sudah banyak berdiri warnet-warnet yang menawarkan harga murah untuk sewanya. Sehingga kalangan remaja pun dengan mudahbisa menggunakannya hanya dengan menyisihkan sebagian uang jajannya.
Internet tidak lagi sebatas dapat diakses dari komputer saja. Handphone dengan berbagai fasilitas canggih ditawarkan dengan harga yang semakin murah hingga kalangan dengan kantong pas-pasan pun dengan mudah dapat memilikinya. Dengan handphone ini kita dapa memanfaatkannya untukk mengakses internet. Namun mudahnya akses internet tidak slalu dimanfaatkan dengan baik oleh para penggunanya. Apalagi oleh para ABG yang notabene memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi. Tidak jarang kita jumpai link-link yang seharusnya tidak ditampilkan sembarangan. Pernah saya melihat di situs-situs unduh mp3 atau yang lainnya yang juga menawarkan link untuk mengunduh video porno atau yang istilah ngetrendnya bokep. Selain itu, link cerita-cerita dewasa dan gambar-gambar porno juga banyak tersedia. Hal ini tentunya sangat memancing rasa penasaran para ABG itu.
Sebagai orang desa yang sehari-harinya hidup di sebuah kota, untuk pertama kalinya saya agak kaget dengan beberapa pengakuan teman-teman saya dan juga oleh mata kepala saya sendiri. Di tempat saya menimba ilmu di sebuah daerah di Semarang Atas ini, setiap sore banyak berlalu lalang pasangan muda-mudi yang noabene adalah mahasiswa dan mahasiswi berboncengan sangat mesra tanpa memperhatikan norma. Bahkan di jam-jam malam juga sering saya mendapatinya. Mungkin hal itu dianggap wajar di kota.
Di kampus, terkadang mahasiswa melakukan kegiatan atau ikut UKM yang kegiatannya sampai larut malam bahkan sampai matahari menampakkan dirinya kembali dari timur. Hal ini saya ketahui saat saya hotspotan di kampus semalam suntuk. Terlihat pasangan muda-mudi yang tentunya mahasiswa dan mahasiswi berboncengan sepasang-sepasang. Mungkin awalnya hanya hal biasa saja. Tapi tidak bagi saya yang penuh dengan rasa curiga. Saya iseng-iseng jalan mengelilingi fakultas dan terlihat muda-mudi berpasangan dan menghadapi satu laptop. Mungkinkah hanya internetan saja atau nonton yang lainnya? Saya tidak tahu persis.
Pengakuan datang dari penjaga gedung kampus saya yang sewaktu pagi membuka ruang-ruang untuk perkuliahan didapati kondom-kondom bekas pakai. Tentu pemakainya mahasiswa yang pada malam harinya datang di kampus. Untuk menangulangi masalah tersebut, tangga menuju lantai dua dan lantai tiga dikunci agar tidak bisa diakses. Berdasarkan pengakuan teman saya yang mempunyai kebiasaan semalam-malamnya hotspotan di kampus, ia pernah mendapati sepasang mahasiswa dan mahasiswi yang ketahuan bugil dan sedang beradegan layaknya suami istri di tangga kampus (Kebetulan tangga di gedung kuliah saya ada dua jalur. Yang tengah sudah dikunci namun yang samping masih dapat diakses tetapi tidak sampai masuk ke dalam ruang kelas. Ini masih bisa dimanfaatkan oleh orang-orang tersebut). Teman saya tidak melaporkannya kepada penjaga malam karena ia sempat shock dengan hal yang baru disaksikannya sendiri. Itu sih yang ketahuan. Tapi yang tidak ketahuan tentunya masih banyak. Apalagi beberapa bulan yang lalu juga terdapat jkabarburuk tentang tersebarnya video sepasang mahasiswa dan mahasiswi kampus saya yang sedang beradegan suami istri. Hal ini tidak dapat dibantah lagi meskipun saya tidak mengetahui benar kasusnya. Memang ironis.
Selain di kampus, di kos-kosan sekarang juga banyak yang memberikan kebebasan bagi para penghuninya membawa lain jenis masuk ke dalam kamarnya. Hal ini selayaknya menjadi pengawasan para pemilik kos di manapun karena kos-kosan menjadi pengganti hotel yang murah untuk melakukan hal tersebut. Akhirnya kos-kosan menjadi tempat pelacuran dan para penghuninya menjadi wanita dan pria tuna susila.
Selain di tempat saya, saya juga pernah mendapat pengakuan teman saya kuliah di Demak. Ia mengakui bahwa hubungan laki-laki dan wanita bebas-bebas saja asalkan tidak sampai hamil duluan. Sungguh tragis memang pengakuan tersebut. Sama halnya dengan pengakuan teman saya yang kuliah di Kudus yang menceritakan tentang temannya yang melakukan pemanasan dulu dengan ML (Making Love) sebelum olahraga futsal.
Apakah hal tersebut layak dilakukan? Apalagi oleh para pemuda-pemudi yang terpelajar yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Tragis memang. Kenyataan menunjukkan semakin maju pemikiran orang tersebut bukannya digunakan untuk kebaikan tetapi malah digunakan untuk hal sebaliknya. Dengan kepintaran dan kecerdasan tersebut digunakan untuk mengakali agar tidak hamil duluan. SEMAKIN MAJU ZAMAN, SEMAKIN MAJU TEKNOLOGI, SEMAKIN MAJU PENGETAHUAN, TETAPI SEMAKIN MUNDUR MORAL DAN IMAN. ASTAGHFIRULLOHAL ADHIM.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar