Di sebuah kelas, guru sedang mengajar materi bercerita kepada siswa. Dalam pembelajaran tersebut, guru meminta siswa tampil membacakan cerita yang telah mereka baca,. Namun, betapa kecewanya sang guru ketika mendapatkan siswanya tidak berani bercerita di depan kelas, takut, bahkan ada yang tidak lancar dan diam membisu. Siswa yang tidak berani tampil tersebut adalah siswa yang mengalami beberapa masalah sewaktu tampil bercerita, seperti takut, lupa, dan grogi sewaktu bercerita di depan teman-temannya. Akibatnya, keterampilan bercerita siswa tidak dikembangkan secara optimal.
Masalah lain yang muncul adalah pada umumnya, siswa yang tampil adalah siswa yang mempunyai keberanian lebih dibandingkan teman-temannya yang lain. Keberanian mereka yang berbeda-beda disebabkan oleh potensi keterampilan bercerita mereka relatif bervariasi. Ada sejumlah siswa yang sudah mampu menyatakan keinginan, perasaan senang, perasaan sedih, perasaan sakit, secara lancar. Pada sebagian siswa yang lain, ada yang belum mampu menyatakan pendapatnya secara runtut, bahkan di antaranya ada yang gagap dalam menyampaikan pendapat dan perasaannya.
Karena siswa tampil satu per satu, hal ini menyebabkan waktu pembelajaran semakin lama. Kurangnya waktu pembelajaran tersebut mengakibatkan guru kurang memberikan perhatian terhadap pembelajaran bercerita. Hal ini dapat dilihat dari metode yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran. Metode yang digunakan adalah siswa tampil bercerita secara individu sehingga banyak menyita waktu pembelajaran Bahasa Indonesia yang hanya 70 menit tiap pertemuan.
Padahal keterampilan bercerita bagi siswa merupakan salah satu keterampilan berbahasa lisan yang penting untuk dikuasai. Apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan memperoleh keuntungan sosial yang berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu. Keterampilan berbahasa lisan tersebut akan memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan kepada orang lain.
Bertolak dari uraian tersebut, dibutuhkan perbaikan dalam pembelajaran bercerita yang dapat mendorong siswa agar aktif tampil bercerita di depan kelas. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar bercerita adalah dengan metode paired storytelling yang memberi kesempatan siswa untuk tampil bercerita di hadapan teman-temannya secara berpasangan. Satu kelompok terdiri atas dua orang siswa. Sewaktu mereka tampil bercerita, pasangan siswa tersebut dapat bercerita secara bergantian dengan judul dan isi cerita yang sama. Dengan metode ini, guru dapat mengefektifkan waktu pembelajaran karena siswa diminta tampil berbicara di depan kelas dengan salah seorang temannya. Selain itu, keunggulan metode ini dalam proses pembelajaran bercerita adalah dengan siswa tampil secara berpasangan, diharapkan dapat memotivasi siswa lain dan menumbuhkan sikap kerja sama dan kekompakan pada diri siswa.
Metode paired storytelling dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, guru, dan bahan pengajaran. Guru yang menggunakan metode ini harus memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pembelajaran menjadi lebih bermakna, sebagaimana tujuan paired storytelling. Dengan metode ini, siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Hasil pemikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa terdorong untuk belajar.
Pemilihan metode paired storytelling dalam pembelajaran bercerita tidak terlepas dari kelebihan-kelebihan yang dimilikinya. Dengan menerapkan metode ini, siswa akan termotivasi dan bekerja sama untuk tampil bercerita. Dalam kelompok tersebut, mereka harus bekerja sama untuk mendapatkan nilai yang terbaik. Siswa yang memiliki kemampuan lebih dalam bercerita akan memotivasi siswa lain yang kurang terampil berbicara di depan kelas.
apa ada buku tentang model paired storytelling yang berbasis bahasa indonesia? kalo ada siapa pengarangnya dan dimana saya bisa mendapatkan buku itu?
BalasHapus